Kamis, 04 Mei 2017

SEBUAH PERJALANAN...



Kebanyakan orang sering mengatakan “rejeki sudah ada yang mengatur, jika seseorang memang ditakdirkan jadi presiden maka jadilah presiden, orang pintar kalah dengan orang yang beruntung”. Kira kira apa yang teman teman pikirkan tentang pernyataan itu ?????.....

Baiklah, sejujurnya saya juga tidak paham mengenai hal itu. Terkadang memang benar, tapi apakah kita hanya akan menunggu keberuntungan hidup ?????.....

Diibaratkan orang yang sedang merasa lapar. Apakah jika hanya menunggu keberuntungan, orang tersebut bisa merasa kenyang ?????..... Jawabannya tentu tidak, ia harus tetap berusaha mendapatkannya dengan cara pergi ke meja makan. setelah sampai di meja makan, apakah ia akan merasa kenyang ?????..... jawabannya tentu juga tidak, karena ia masih harus tetap berusaha untuk menyajikan baru kemudian ia bisa menikmatinya.

Itu hanyalah contoh sederhana bahwa kita harus tetap berusaha untuk bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Meskipun tanpa mengabaikan faktor keberuntungan yang menjadi pertanyaan saya tadi.
 
Disini saya ingin berbagi pengalaman pada teman teman semua tentang perjalanan saya. Syukur Alhamdulillah saya ucapkan pada Allah SWT atas kesempatan yang diberikanNya. Akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017 menjadi momen yang sangat bersejarah didalam hidup saya, karena saya menjadi orang yang beruntung mendapat kesempatan untuk mengukuti exchange program di Jepang dalam program JENESYS2016 (Japan-East Asia Network of Exchange for Students And Youths). Saya bukan orang yang pintar, tapi hanyalah orang biasa biasa saja yang berusaha meraih mimpi, mungkin waktu itu keberuntungan sedang berpihak pada saya.

Melalui tulisan ini saya ingin mengajak teman-teman semua untuk berani bermimpi, tidak ada salahnya kita memiliki mimpi besar, bahkan yang dirasa tidak mungkin tercapai sekalipun. Karena rumus matematika Tuhan tidak sama dengan rumus matematika manusia.

MULAILAH BERMIMPI UNTUK MEMBENTUK MOTIVASI DIRI

Tak ada yang dapat memastikan masa depan, bahkan Doraemonpun tak mampu mengeluarkan kepastian masa depan dari kantong ajaibnya, karena Masa depan adalah rahasia Tuhan, hanya kitalah yang mampu membentuknya. Cara untuk dapat membentuk bagaimana masa depan kita salah satunya dengan cara bermimpi, melalui mimpi kita dapat membentuk motivasi diri. Saya mengutip perkataan Presiden Soekarno “Bermimpilah Setinggi Langit... Jika Engkau Jatuh, Engkau Akan Jatuh Diantara Bintang-Bintang”. Dari kalimat itu, saya juga ikut terbang untuk berani bermimpi setinggi tingginya. Terkadang memang terasa sangat berat, karena cibiran dari teman-teman yang menganggap mimpi itu terlalu tinggi dan tak mungkin tercapai. Belum lagi anggota keluarga sendiri yang tidak sepenuhnya mendukung bahkan terkadang menyindir dan menjatuhkan mental. Entah apakah mimpi itu akan terwujud ?, saya serahkan keputusannya pada Allah SWT selaku hakim tertinggi.

Sejak kecil saya memiliki banyak sekali mimpi, mulai dari bisa naik pesawat terbang, bisa pergi ke Mekkah, bisa menjadi Ustad, hingga ingin sekolah ke Luar Negeri. Entah mengapa saya merasa nyaman dengan mimpi mimpi itu dan saya merasa hidup didalamnya, hingga sering saya mencoba mengekspresikannya dengan membuat miniatur pasawat dan ka’bah dari tanah liat. Masih teringat jelas ketika nenek masih ada, sempat terucap “Mbah, Nanti aku mau sekolah ke Jepang yaaa”. Maka dari itu, jagalah mimpi kita, terkadang mimpi kita sewaktu kecil akan terwujud disaat kita telah tumbuh dewasa asalkan kita mau menjadikannya sebagai motivasi diri, dan mau terus berusaha.

BERUSAHA SEBAIK MUNGKIN KARENA ALLAH MAHA ADIL

Melebihkan setiap usaha dan doa menjadi kewajiban jika ingin meraih lebih dari apa yang orang lain dapatkan. Mimpi saya memang tinggi namun tak sebanding dengan kondisi. Hal ini tidak saya jadikan alasan untuk tidak terus berusaha meraih apa yang sudah menjadi mimpi saya. Terkadang datang kekhawatiran apakah mimpi ini akan terwujud ???, apakah mungkin anak seorang penjual rujak mampu meraih mimpi ???, jawabannya PASTI BISA !!!. kembali lagi saya ingatkan bahwa rumus matematika Tuhan tidak sama dengan rumus matematika manusia.

Sering saya membaca postingan orang di media sosial yang kerap kali memposting cerita galau, mulai dari dunia percintaan karena lagi diputusin pacar, sampai postingan tentang dunia pendidikan  yang galau tidak bisa melanjutkan kuliah karena keterbatasan ekonomi dan lain sebagainya. Sebelumnya saya minta maaf jika ada yang merasa tersindir. tapi cobalah untuk melihat kedepan dan berfikir bahwa keputusan dimasa sekarang akan mempengaruhi  masa depan.

Kenyataannya memang tidak mudah mengambil keputusan untuk mengurangi pacaran yang kurang bermanfaat, mengurangi main game, mengurangi nongkrong gak jelas di cafe karena resikonya kita akan terlihat kurang gaul dimata teman-teman. Tapi, perubahan yang besar dimulai dari perubahan yang kecil. Jika perubahan itu tidak dimulai dari sekarang maka waktu untuk merubah masa depan akan semakin singkat. Kemarin, hari ini, dan esok bumi tetap berputar pada porosnya, siang dan malam tetap sama hanya kita yang dapat membuat perbedaan. 

Jika berbicara ekonomi keluarga, sama.... saya juga bukan berasal dari keluarga yang berada. Teringat sewaktu masih SMK, ngamen bersama teman-teman untuk membeli drawing pen. Makasi ya plend, brew, mad dan yang lainnya yang sudah pernah membantu Ali dan Aku. Budi juga makasih yaa, rumahnya sudah jadi tempat penampungan kita kita untuk ngerjakan tugas sampe ga pulang ke rumah sendiri. terutama si Ali tuhhh, ga balik balik dia ke kosannya,, wkwkwkwkwkwk...

Keinginan untuk bisa belajar di Luar Negeri semakin tertanam ketika kelas XII, saat itu peromosi universitas – universitas tingkat dunia juga datang ke sekolah, diantaranya yang membuat saya tertarik yaitu Belanda, Inggris, Jepang dan lain sebagainya. saya sangat menginginkan untuk bisa ikut mendaftar di universitas universitas itu. Akan tetapi salah satu persyaratan untuk bisa mendaftar, harus melengkapi persyaratan bahasa yang dibuktikan dengan sertifikat TOEFL, pihak yang mengadakan promosi sebenarnya sudah mempermudah kami jika ingin mengikuti tes TOEFL, karena pada saat itu pelaksanaan tesnya diadakan di salah satu hotel di Sumenep, jadi kami hanya membayar administrasi dan bisa mengikuti tes. Lagi lagi saya terhambat karena faktor ekonomi, biaya tes yang tidak murah harus saya bayarkan, mau tidak mau saya harus berusaha mencari pinjaman kesana kesini selama berhari hari. Alhamdulillah saat itu orang tua sahabat saya (mami juju begitu saya biasa memanggilnya) berbaik hati untuk menanggung pembayaran tes. Sayangnya ketika saya sampai di lokasi, saat itu sudah terlambat karena pendaftaran sudah ditutup dan tes juga sudah sedang berlangsung. Dengan berat hati saya harus mengurungkan niat untuk bisa mendaftar dan bisa mengikuti tes, kembali ke rumah dengan perasaan kecewa. Air mata mengalir tak terasa, tapi dalam hati saya menyakini bahwa suatu saat nanti pasti bisa mendapatkannya. Tidak dinyatakan lolos PTN, tidak bisa mengikuti tes TOEFL pada saat itu, tidak menyurutkan keinginan saya untuk bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi. 

Fabiayyi Ala I Robbikuma Tukadziban... Syukur alhamdulillah Allah masih memberi saya kesempatan untuk bisa melanjutkan pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi, jika dipikir secara logika ekonomi keluarga tidak mampu membiayai kuliah. Jangankan untuk kuliah, mengikuti tes TOEFL saja tidak cukup. Tapi yakinlah bahwa pasti ada jalan, selagi masih ada kemauan. 

Berkat dukungan dari orang tua, saya putuskan untuk melanjutkan kuliah di Universitas Wiraraja Sumenep di jurusan Teknik Sipil, di sinilah nantinya saya akan mendapatkan gelar Sarjana Teknik. Ketika semester III saya pernah terlibat dalam program Sustainable Island Development Initiatives (SIDI) yang diselengkagaran oleh ITS bekerjasama dengan Universitas Wiraraja Sumenep dalam program ini, ITS juga melibatkan beberapa dosen dan mahasiswa asing sehingga hampir semua hal yang dibicarakan disampaikan dalam bahasa Inggris. Dengan mengikuti program SIDI ini saya memiliki banyak teman asing dan kami terus berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris. Untung saja saya mulai fokus belajar Bahasa Inggris sejak masih duduk di kelas XI SMK, jadi sudah ada bekal untuk bisa berkomunikasi dengan mereka.

program
Sustainable Island Development Initiatives (SIDI)

Mengikuti kursus Bahasa Inggris di lembaga bahasa akhirnya menjadi keputusan saya, keputusan ini harus saya pikirkan secara matang mengingat biaya kursus yang tidak murah. Disatu sisi saya ingin mendalami dan memperbaiki kemampuan Bahasa Inggris, di sisi lain saya tidak ingin menambah beban orang tua. Harus tau diri dooongggggg... kuliah aja mengandalkan beasiswa kampus, eeehhhh mau sok sok an kursus lagi.... sungguh keinginan yang tak sesuai kondisi. No No No... tak boleh menyerah... akhirnya saya putuskan untuk membiayai sendiri kursus Bahasa Inggris. Cara yang paling memungkinkan dengan membuka usaha kecil kecilan. Hasil dari usaha itu saya gunakan untuk biaya kursus, jika ada lebihnya alhamdulillah saya gunakan untuk keperluan lain, jika kurang yaaa terpaksa cari pinjaman pada teman. 

Usaha yang saya coba jalani yaitu dengan cara berjualan makanan, yaaa resikonya ketika pagi saya harus bangun 2 jam lebih awal dari mahasiswa lainnya, jika mereka bangun pukul 5 pagi maka saya harus bangun pukul 3 dini hari, karena harus mengolah makanan sebelum berangkat kuliah. Setelah selesai mengolah makanan, saya menitipkannya di warung rujak milik Ibuk. Kemudian berangkat kuliah. Rasa kantuk, aahhhh itu sudah biasa. Karena saya juga mahasiswa, maka saya juga memiliki tanggung jawab sebagai seorang mahasiswa. Mengerjakan tugas, melakukan pengabdian kepada masyarakat, berorganisasi, dan lain sebagainya. Tidak mudah memang untuk bisa menyeimbangkan itu semua, tentu membutuhkan menejemen waktu yang harus dikelola dengan baik.

Syukur alhamdulillah ketika ada rejeki dan kesempatan libur semester, saya tidak ingin menyia-nyiakannya dengan kegiatan yang kurang bermanfaat, oleh karenanya saya manfaatkan untuk lebih memperdalam skill Bahasa Inggris. Saat itu Pare-Kediri adalah salah satu tempat di Indonesia yang paling ingin saya kunjungi. Ternyata Allah menjawabnya, saya diberikan kesempatan untuk belajar Bahasa Inggris di sana.

Setelah selesai belajar, bersepeda sejenak berkeliling Kampung Inggris

Semakin hari keinginan untuk bisa melanjutkan kuliah di Luar Negeri semakin kuat. Saya mulai mencari informasi tentang apapun yang berkaitan dengan studi di Luar Negeri, sampai saya sempat menemui Mas Willy Sakareza, saat itu dia adalah Ketua PPI Leiden. Kebetulan hari itu dia ada kegiatan di Surabaya. Saya bertekat untuk bisa menemuinya di Surabaya. Alhamdulillah saya ditemani oleh Jani, teman yang sama sama gila jika mendengar informasi Beasiswa Luar Negeri.

Setelah pertemuan dengan Mas Willy Sakareza di Surabaya
(Saya, Mas Willy Sakareza, Jani) 

Tempat saya berdomisili tidak seberuntung mereka yang tinggal atau kuliah di kota kota besar, terkadang hal ini yang membuat saya merasa gregetan ketika membaca informasi tentang Education Fair. Kota terdekat jika saya ingin menghadirinya adalah Surabaya. Butuh waktu 4-5 jam untuk sampai disana. Harus menggunakan bis atau menggunakan motor. Saat itu, pernah saya datang ke Jember hanya untuk menghadiri forum diskusi yang diadakan Sahabat Beasiswa chapter Jember bersama Bapak Muliono Latief in Country Manager (Indonesia) University of Tasmania Australia. Yaaa.. itung itung sekalian mudik walaupun cuma beberapa jam saja, setidaknya sudah bisa melepas kangen sama kakak yang tinggal disana, hehehehe.

 bersama bapak Muliono Latief setelah acara diskusi

Sempat juga saya bertemu dengan 3 awardee LPDP sekaligus di Sumenep, Mbak Ulfa yang saat ini sedang studi S2 di Wageningen University Belanda, Mbak Indah yang saat ini sedang studi S3 di Otago University New Zealand, dan Mbak Mega yang saat itu dia masih berjuang mendapatkan LoA di Universitas tujuannya. Dan satu lagi yang sampai saat ini saya masih sering berkomunikasi dengan Mbak Sabrina teman ketika saya mengikuti program SIDI yang saat ini sedang studi S2 di The University of Queensland Australia. Ketika bertemu mereka dan berkomunikasi di media sosial besar harapan saya bisa segera menyusul jejak mereka studi di Luar Negeri, membalas pesan mereka dengan senyuman penuh harap dan doa “semoga kelak aku bisa mendapat kesempatan seperti kalian AAMIIN...”

Keyakinan yang sangat kuat di dalam hati “KELAK BISA MENCAPAI APA YANG SAYA TARGETKAN”. Walaupun masih belum tau kapan semua itu akan datang, yang harus saya lakukan mempersiapkan segalanya dengan baik. Jika nanti sudah tiba waktunya semuanya sudah dipersiapkan sejak awal. Termasuk izin dari kedua orang tua yang juga menjadi prioritas saya. Pada awalnya Ibuk sedikit ragu untuk memberikan izin, namun hampir setiap hari saya meyakinkan Ibuk. Hingga pada akhirnya setelah sekian lama, Ibuk memberikan izinnya untuk saya bisa melanjutkan kuliah di Luar Negeri. Bukan waktu yang sebentar, saya membutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun untuk meyakinkan Ibuk. Tepat bulan Ramadhan 2016 (1437 H) kemarin, dengan Ikhlas Ibuk menyatakan bahwa beliau Ridho 100% mengizinkan saya kuliah di Luar Negeri jika memang Allah mengtakdirkan saya bisa berkuliah di belahan bumiNya yang lain. Air mata langsung mengalir tak terasa, meskipun ini hanya sekedar izin tapi saya merasakan telah mengantongi tiket emas untuk bisa meraih impian. Izin dari Bapak juga tidak saya abaikan, akan tetapi saya tidak membutuhkan waktu lama untuk meyakinkan beliau. Cukup sekali ucap, izin langsung beliau berikan. “Kamu ini kan orang Muslim, berangkatlah... tohh sudah jelas perintah Allah, TUNTUTLAH ILMU HINGGA KE NEGERI CHINA” kalimat itu yang beliau ucapkan. Izin dari kedua orang tua sudah saya dapatkan. selanjutnya Izin dan Ridho Allah SWT sebagai penentu segalanya juga harus saya peroleh, manusia hanya berusaha namun semuanya Allah lah yang memutuskan, jadi sekarang yang harus saya lakukan adalah harus bisa meyakinkan Allah dengan cara melebihkan usaha dan doa. 

Tanpa saya sangka awal bulan desember 2016 saya mendapatkan surat rekomendasi dari Dekan FT Bapak. Dwi Deshariyanto bahwa beliau merekomendasikan saya untuk mengikuti selaksi program pertukaran ke Jepang dalam program JENESYS2016 (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths) yang diselenggarakan oleh Universitas Wiraraja Sumenep sebagai PSA (Pusat Studi ASEAN).

Tahapan demi tahapan seleksi saya ikuti, setiap waktu tak bosan saya meminta doa dan restu orang tua terutama Ibuk, karena doa mereka yang yang sangat saya butuhkan.

Tepat ketika saya menghadiri acara Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Di masjid kampus yang diselenggarakan oleh BEM FT pada tanggal 16 Desember 2016, saya dipanggil Sekretaris Rektor ke ruangannya dan mendapat ucapan SELAMAT dari beliau “Congratulations GUSTI, you are going to Japan”

To Be Continued...